A BAB 4 DINAMIKA LITOSFER DAN PEDOSFER - Media Pembelajaran Namal Sparkly Santa Hat Ice Cream

A.  Dinamika Perubahan Litosfer Litosfer adalah lapisan kerak bumi yang paling luar yang terdiri dari batuan Kevariasian bentuk muka bumi...

BAB 4 DINAMIKA LITOSFER DAN PEDOSFER

BAB 4 DINAMIKA LITOSFER DAN PEDOSFER

BAB 4 DINAMIKA LITOSFER DAN PEDOSFER

8 10 99
A.  Dinamika Perubahan Litosfer

Litosfer adalah lapisan kerak bumi yang paling luar yang terdiri dari batuan
Kevariasian bentuk muka bumi disebabkan oleh proses endogen yang berasal dari dalam bumi dan bersifat membangun, serta proses eksogenik yang berasal dari luar dan memiliki sifat merombak
Kandungan senyawa kimia yang paling banyak dalam litosfer yaitu oksida silikon (SiO2)
 Penapang bumi, lapisan-lapisannya :
Lapisan atmosfer (lapisan udara) : Tebalnya 1000 km
Lapisan litosfer (kulit bumi) : Tebalnya 60 km yang terdiri dari :
Lapisan sial (silisium-alumunium)
Lapisan sima (silikon-magnesium)
Lapisan peridotit
Lapisan ferrosporadis
lapisan litosporadis
Lapisan nife

Kesimpulan :
Lapisan litosfer terluar terdiri dari SiO2 dan Al2O3 atau sial
Lapisan litosfer terdalam terdiri dari senyawa kimia SiO2 dan MgO atau sima
Batas antara lapisan sial dan sima di dalam permukaan bumi tidak teratur
Di antara inti bumi dengan kulit bumi terdapat lapisan batuan
Inti bumi dinamakan barisfer/nife. Terdiri dari susunan logam nikel dan logam ferum

Lapisan yang menyelubungi barisfer disebut mantel (bersifat padat). Batas antara mantel dengan kerak bumi dinamakan lapisan moho 
Proses terjadinya batuan dan klasifikasinya :
Batuan beku : Dari magma yang mengalami proses pendinginan, kemudian membeku. Berdasarkan tempat pembekuannya :
Batuan beku dalam : Pembekuan terjadi di dalam, jauh di bawah permukaan bumi. Proses pendinginanya sangat lambat, mengakibatkan terbentuknya hablur-hablur mineral besar-besar dan sempurna serta kompak (struktur plutonik). Batuan beku dalam disebut juga batuan abisis. Contohnya : Granit, diorit, sienit, dan gabro
Batuan beku korok/gang/hipabisis : Sisa magma yang masih cair meresap ke lapisan yang lebih atas dan menyusup ke sela-sela pipa-pipa gunung api, kemudian menjadi dingin dan membeku. Proses pembekuan relatif lebih cepat, sehingga hablur-hablur yang terjadi tidak sekompak batuan beku dalam (struktur porfiri). Contohnya : Granit, porfiri, porfiri sienit, dan porfiri diorit
Batuan beku luar/effusive : Magma yang mencapai permukaan bumi, kemudian membeku. Proses pembekuan cepat sekali. Sehingga dapat terbentuk hablur. Contohnya : Riolit, trahit, andesit. basalt
Batuan sedimen :
Batuan beku yang tersingkap di permukaan bumi akan mengalami penghancuran (pelapukan) oleh cuaca, kemudian diangkut oleh tenaga alam seperti air, angin, atau gletser dan diendapkan di tempat lain
Menurut proses terjadinya :
Batuan klastik/mekanik : Gumpalan batu besar yang diangkut dari lereng gunung, melalui air hujan lalu diangkut oleh arus sungai dan kemudian diendapkan di daerah hilir dalam bentuk pasir yang susunan kimiawinya masih sama dengan batuan asal. Hanya proses mekanik. Co : batu breksi, batu konglomerat, pasir, tanah liat
Batuan kimiawi : Terbentuk melalui proses kimiawi. Co : Batu kapur, stalaktit, dan stalakmit
Batuan organis : Penumpukan (akumulasi) sisa-sisa tumbuhan dan hewan. Co : Batu karang
Berdasarkan tenaga yang mengangkutnya (medianya) :
Sedimen akuatis : Diendapkan oleh air. Co : Batu pasir, tanah liat
Sedimen aeolis (aeris) : Diendapkan oleh angin (udara). Co : Tanah loss, tanah pasir
Sedimen glasial : Diendapkan oleh gletser. Co : Batu-batu morena
Berdasarkan tempat diendapkan :
Sedimen teritis : Darat. Co : Batu tuf, batu pasir, tanah loss
Sedimen marine : Laut. Co : Batu karang, batu garam
Sedimen fluvial : Sungai. Co : Pasir, tanah liat
Sedimen limnis : Danau/rawa. Co : Tanah rawa, tanag gambut
Sedimen glasial : Es. Co : Batu morena
Batuan metamorf : Batuan hasil ubahan dari batuan asal akibat proses metamorfosis, yaitu suatu proses yang dialami batuan asal akibat tekanan dan suhu yang sama-sama meningkat. Dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
Batuan metamorf termik (kontak) : Akibat kenaikan suhu. Co : Batu pualam (marmer)
Batuan metamorf dinamik (kinetis): Akibat adanya tekanan dari lapisan di atasnya dalam waktu yang lama. Co : Batu tulis (sabak)
Batuan metamorf kontak pneimotolotik : Akibat adanya penambahan suhu disertai menyusupnya unsur-unsur batuan lain (zat lain). Co : Turmalin, topas
Tenaga endogen bermacam-macam :
Tektonisme
Vulkanisme
Seisme (gempa bumi)
Tektonisme :
Perubahan letak lapisan kulit bumi yang disebabkan oleh tenaga endogen dengan arah horizontal dan vertikal
Menurut kecepatan geraknya :
Epirogenesa : Perubahan letak lapisan bumi yang gerakannya lambat pada wilayah yang luas
Positif : Gejala turunnya daratan sehingga seolah-olah air laut naik
Negatif : Gejala naiknya daratan sehingga seolah-olah air laut turun
Orogenesa : Gerakan tenaga endogen yang relatif cepat dan meliputi wilayah yang relatif sempit. Terjadinya pegunungan dan lipatan
Gerak horizontal : Bergerak 1 arah dan tertahan oleh lapisan lain akan membentuk lipatan di permukaan bumi. Puncak lipatan disebut antiklinal, sedangkan lembah dari lipatan disebut sinklinal

Gerak vertikal : Menghasilkan bentuk muka bumi yang berupa patahan

Vulkanisme :
Peristiwa yang berhubungan dengan pembentukan gunung berapi & pergerakan magma dari dalam perut bumi ke permukaan
Terdiri dari 2 macam :
Intrusi magma : Aktivitas magma yang tidak sampai ke permukaan bumi. Akibatnya :
Batolit, dapur magma yang luasnya lebih dari 100 km2
Lakolit, magma yang menyusup diantara 2 lapisan batuan yang menyebabkan lapisan batuan di atasnya terangkay sehingga cembung, sedangkan alasnya rata
Sill, lapisan magma tipis yang menyusup di antara batuan lapisan, bentuknya pipih
Intrusi korok (gang), magma yang menyusup menerobos lapisan batuan
Apofisis, semacam intrusi korok, namun lebih kecil, merupakan cabang dari gang
Diatrema, magma (batuan) yang mengisi pipa letusan (pipa kawah)
Ekstrusi magma :
Aktivitas magma yang sampai ke permukaan bumi, menghasilkan gunung api. Hasilnya yaitu erupsi
Dilihat dari bentuknya :
Erupsi sentral : Gerakan magma yang keluar dari sebuah saluran magma. Menghasilkan bermacam-macam bentuk gunung api yaitu :
Gunung api perisai : Erupsi bersifat efusif, bahan yang dikeluarkan hanya berwujud cair. Hanya cembung sedikit halnya perisai. Co : G. Kilauea, G. Maunaloa
Gunung api maar : Erupsinya bersifat eksplosif, bahan yang dikeluarkan relatif sedikit, karena sumber magma dangkal & sempit. Berbentuk seperti cekungan dengan tanggul di sekitarnya. Co : Danau kelakah di lereng gunung lamongan
Gunung api strato : Akibat erupsi yang bersifat campuran antara eksplosif dan efusif yang bergantian secara terus-menerus
Erupsi linier : Erupsi yang terjadi pada lubang yang berbentuk celah memanjang. Co : Erupsi gunung api laki di pulau Eslandia
Erupsi areal : Erupsi yang terjadi melalui lubang yang besar karena dapur magma letaknya dekat sekali ke permukaan bumi.
Berdasarkan kekuatannya :
Erupsi efusif : Proses erupsi gunung api yang berupa ledakan lemah
Erupsi eksplosif : Erupsi gunung api yang berupa ledakan kuat
Faktor yang dapat mempengaruhi tipe letusan gunung api :
Derajat kekentalan magma
Tekanan gas magnetik
Kedalaman dapur magma
Jenis tipe letusan gunung api :
Tipe hawaii : Lavanya cairan encer, tekanan gas dan dapur magmanya sangat dangkal. Berbentuk perisai
Tipe stromboli : Lavanya cairan encer, tekanan gasnya sedang. Letusan terjadi berupa semburan gas yang membawa magma dengan disertai bom dan lapili. Co : G. Stromboli
Tipe merapi : Lavanya kental, sumber magma sangat dangkal, tekanannya gasnya rendah
Penyebab gunung api meletus : Tekanan di bawah tanah bertambah hingga memaksa magma naik dan keluar melalui retakan pada permukaan bumi. Magma yang memancar melalui permukaan bersama batu, debu, dan gas disebut lava
Tanda gunung api akan meletus :
Suhu sekitar kawah naik
Sumber air banyak yang mengering
Sering terjadi gempa vulkanik
Sering terdengar suara gemuruh dari dalam gunung
Menurut wujudnya, material yang dikeluarkan oleh letusan gunung api :
Padat (eflata) :
Bom : Eflata yang berukuran besar
Lapili : Eflata dengan ukuran kecil seperti kerikil
Pasir vulkanik : Eflata sebesar batuan pasir
Abu vulkanik : Eflata halus berupa debu yang dapat terbang sampai ratusan km
Batu apung : Batuan porous (berongga) berasal dari buih magma yang terlontar keluar dan cepat membeku
Cair :
Lava : Aliran magma yang sampai ke permukaan bumi dan suhunya sangat tinggi
Lahar : Lumpur panas yang merupakan campuran lava dnegan air dan bercampur dengan materi-materi dipermukaan bumi
Gas :
Gas nitrogen
Gas karbondioksida
Gas karbonmonoksida
Pengaruh menguntungkan dari erupsi gunung api :
Menyuburkan tanah
Daerah penangkapan hujan
Objek wisata
Bahan galian
Pengaruh merugikan dari erupsi gunung api :
Berbagai material, berbahaya dapat mengancam jiwa dan harta
Bom, lapili, dan pasir vulkanik, merusak bangunan rumah, jembatan, ladang
Abu vulkanik, mengganggu penerbangan, pemandangan menjadi gelap
Aliran lava dan lahar, merusak apa saja
Awan panas, membunuh penduduk, hewan, dan tumbuhan
Daerah gunung api :
Sirkum pasifik : Kep. Aleut - semenanjung kamsyatka - Kep. Jepang - Taiwan - Filipina - Sangir Talaud - Sulawesi Utara - Halmahera - Papua - Selandia baru - Peg. Andes
Sirkum mediterania : Laut mediterania - Peg. Atlas - Kaukasus - Himalaya - Arakan Yoma - Busur dalam dan busur luar di Indonesia

Gempa bumi :
Gerakan/getaran di permukaan bumi yang berasal dari lapisan-lapisan bumi
Berdasarkan peristiwa yang menyebabkan :
Gempa tektonik : Gempa yang disebabkan gerakan tektonik berupa retakan/patahan. Terkuat, areal luas
Gempa vulkanik : Gempa yang terjadi karena letusan gunung api. Kurang kuat, hanya terasa di daerah sekitar gunung tersebut
Gempa runtuhan (terban) : Runtuhnya atap gua yang terdapat dalam litosfer seperti gua kapur, dan terowongan tambang
Berdasarkan bentuk episentrumnya :
Gempa linier : Berbentuk garis (linier), gempa tektonik umumnya gempa linier. Sebab "patahan" sudah tentu merupakan suatu garis
Gempa sentral : Berbentuk titik. Gempa vulkanik dan gempa runtuhan
Berdasarkan letak/kedalaman hiposentrumnya :
Gempa dalam : 300-700 km
Gempa menengah : 100-300 km
Gempa dangkal : Kurang dari 100 km
Berdasarkan jarak episentrumnya :
Gempa dekat (lokal) : Kurang dari 10.000 km
Gempa jauh : Lebih dari 10.000 km
Istilah yang berkaitan dengan gempa :
Seismologi : Ilmu tentang gempa
Hiposentrum : Pusat gempa di dalam bumi
Episentrum : Tempat di permukaan bumi/permukaan laut tepat di atas hiposentrum. "Pusat gempa dipermukaan bumi"
Gelombang gempa :
Gelombang longitudinal/gelombang primer : Gelombang gempa yang dirambatkan dari hiposentrum melalui lipatan litosfer secara menyebar dengan kecepatan antara 7-14 km per detik. Gelombang yang pertama kali tercatat pada seismograf
Gelombang transversal/gelombang sekunder : Gelombang gempa yang dirambatkan dari hiposentrum ke segala arah dengan kecepatan 4-7 km per detik
Gelombang panjang : Gelombang gempa yang dirambatkan dengan kecepatan kurang dari 3.5 km/detik dan merupakan gelombang perusak
Seismograf : Alat pencatat gempa
Seismogram : Hasil pencatatan gempa oleh seismograf
Pleistoseista : Garis pada peta yang membatasi daerah yang mengalami kerusakan terhebat di sekitar episentrum
Isoseista : garis yang menghubungkan titik-titik pada permukaan bumi dimana intensitas gempanya sama
Homoseista : Garis pada peta yang menghubungkan tempat-tempat yang mengalami/mencatat gelombang primer pada waktu yang sama
Makroseista : daerah di permukaan bumi yang mengalami kerusakan terberat akibat gempa, dibatasi oleh pleistoseista
Alat pencatat gempa (seismograf) :
Seismograf horizontal
Seismograf vertikal
Menentukan skala gempa :
Skala Omori : Dengan 7 tingkatan kekuatan
Skala Richter : Charles Francis Richter
Pengaruh positif gempa bagi kehidupan :
Mengetahui jenis mineral yang ada di dalam bumi
Mengetahui struktur lapisan kulit bumi
Menentukan jenis konstruksi bangunan
Pengaruh negatif gempa bagi kehidupan :
Bangunan roboh/ambruk
Terjadinya kebakaran, karena terjadi sambungan pendek aliran listrik
Terjadi banjir, karena bendungan/tanggul yang bobol
Saluran pipa air dan gas putus
Terjadinya tsunami (gempa di dasar laut)
Sarana & prasarana transportasi rusak
Distribusi barang & jasa terhambat
Tenaga eksogen bermacam-macam :
Erosi
Sedimentasi
Erosi :
Proses pelepasan dan pemindahan massa batuan secara alamiah dari suatu tempat ke tempat lain oleh suatu zat pengangkut yang bergerak di permukaan bumi
Menurut kecepatannya :
Erosi geologi : Suatu bentuk erosi dimana proses pengahancuran tanah relatif seimbang dengan proses pembentukannya. Tidak menimbulkan kerusakan alam
Erosi yang dipercepat : Erosi dimana proses penghancuran tanah lebih cepat dibandingkan proses pembentukannya. Mengakibatkan tanah menjadi tidak subur, sehingga lahan kritis makin meluas
Menurut zat pelarutnya :
Erosi air : Disebabkan oleh air, baik di dalam tanah, permukaan maupun sungai. Dibedakan menjadi :
Erosi percikan : Disebabkan percikan air hujan
Erosi lembar : Terjadi pada lapisan tanah bagian atas, menyebabkan tanah menjadi tidak subur
Erosi alur : Terjadi pada saat air mengalir
Erosi parit : Lereng yang terkena erosi membentuk parit yang cukup dalam
Erosi angin (deflasi) : Disebabkan tenaga angin, biasa terjadi di gurun
Erosi es/glasial : Disebabkan oleh massa es yang bergerak
Erosi air laur (abrasi) : Disebabkan oleh gelombang laut (erosi morena)
Bentuk tanah sebagai akibat erosi :
Cliff : Pantai terjal & berdinding curam sebagai akibat abrasi
Relung : Cekung yang memiliki dinding cliff
Dataran abrasi : Hamparan wilayah daratan akibat abrasi
Ngarai : Lembah yang dalam
Batu jamur : Batu yang disebabkan erosi angin
Sedimentasi :
Proses pengendapan batuan/tanah yang dilakukan oleh air, angin, dan es
Digolongkan menjadi 3 jenis :
Sedimentasi fluvial : Proses pengendapan materi yang diangkut oleh air sepanjang aliran sungai. Bentuk lahan hasil sedimentasi fluvial :
Delta : Endapan pasir, lumpur, & kerikil yang terdapat di muara sungai
Bantaran sungai : Daratan yang terdapat di tengah-tengah badan sungai/pada kelokan dalam sungai sebagai hasil endapan
Sedimen eolis (terrestrial) : Di daerah gurun/pantai
Sedimen marin : Proses pengendapan yang dilakukan oleh gelombang laut yang terdapat di sepanjang pantai. Bentukan alam dari sedimen marin :
Beach/bisik : Bentukan deposisional umumnya pada pantai yang landai, terjadi jika swash membawa muatan sedimen
Bar : Gosong pasir di pantai yang arahnya memanjang sebagai hasil pengerjaan arus laut
Tombolo : Gosong pasor yang menghubungkan suatu pulau karang dengan pulau utama

B.   Dinamika Perubahan Pedosfer
Pengertian tanah : Bagian dari lahan yang tersusun dari bahan-bahan anorganik dan organik.
Pengertian lahan : Permukaan daratan dengan kekayaan benda-benda padat, cair dan gas.
Komponen tanah :
Udara
Mineral
Bahan organik
Air
Faktor yang mempengaruhi pembentukan tanah :
Waktu
Topografi
Bahan induk
Organisme
Iklim
Profil tanah :
Horizon O: lapisan bahan organik.
Horizon A: tanah mengalami pencucian.
Horizon B: tanah mengalami penimbunan.
Horizon C: Lapisan Bahan Induk Tanah.
Horizon R: lapisan batuan induk.
Untuk mengetahui tingkat kesuburan tanah ada beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu:
pH tanah
Kandungan mineral
Bahan organik
Keremahan tanah
Manfaat tanah :
Tempat tumbuh dan berkembangnya perakaran
Penyedia kebutuhan primer tanaman (air, udara, dan unsur-unsur hara)
Penyedia kebutuhan sekunder tanaman (zat-zat pemacu tumbuh: hormon, vitamin, dan asam-asam organik; antibiotik dan toksin anti hama; enzim yang dapat meningkatkan kesediaan hara)
Sebagai habitat biota tanah, baik yang berdampak positif karena terlibat langsung atau tak langsung dalam penyediaan kebutuhan primer dan sekunder tanaman tersebut, maupun yang berdampak negatif karena merupakan hama & penyakit tanaman.
Jenis tanah :
Tanah aluvial = tanah yang terbentuk dari material halus hasil pengendapan aliran sungai. Persebaran tanah aluvial di Indonesia terdapat di
pantai Timur Sumatra
pantai Utara Jawa
sepanjang Sungai Barito
sepanjang Sungai Mahakam
sepanjang Sungai Musi
sepanjang Bengawan Solo.
Tanah andosol = tanah yang berasal dari abu gunung api. Persebarannya terdapat di: Sumatra, Jawa, Bali, Lombok, Halmahera dan Minahasa.
Tanah regosol = tanah berbutir kasar dan berasal dari material gunung api. Terdapat di Bengkulu, pantai Barat Sumatra, Jawa, Bali dan NTB.
Tanah kapur = tanah yang terjadi karena hasil pelapukan batuan kapur dan sifatnya tidak subur. Terdapat di Jawa Tengah, Aceh, dan Sulawesi Selatan.
Tanah litosol = tanah yang terbentuk dari batuan keras yang belum mengalami pelapukan secara sempurna.
Tanah argosol (tanah gambut) = tanah yang terbentuk dari sisa-sisa tumbuhan yang telah mengalami pembusukan. Jenis tanah ini berwarna hitam sampai coklat. Terdapat di Kalimantan, Sumatra dan Papua.
Tanah grumusol = tanah yang terbentuk dari material halus berlempung. Terdapat di Jawa Tengah, Jawa Timur, Madura, Sulawesi Selatan dan Nusa Tenggara.
Tanah latosol = tanah yang banyak mengandung zat besi dan aluminium. Jens tanah ini sering disebut tanah merah yang banyak dijumpai di daerah pegunungan. Tanahnya berwarna merah sampai kuning. Terdapat di Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, Lampung, Kalimantan Tengah, Sumatra Barat.
Degradasi lahan sering disebut lahan kritis. Ciri-ciri lahan kritis:
Penutup vegetasinya kurang dari 25%.
Tingkat kemiringan lebih dari 15%.
Terjadi gejala aerasi lembar (sheet erosion).
Terjadi gejala erosi parit (gully erosion).
Dampak degradasi lahan terhadap kehidupan :
Akibat proses erosi yang merupakan penyebab lahan tanah menjadi tidak subur, karena lapisan top soil hilang.
Produktivitas pertanian menurun sehingga pendapatan petani berkurang.
Terjadi banjir.
Menurunnya kemampuan lahan untuk menyerap air tanah.
Terganggunya ekosistem makhluk hidup.
Lahan Potensial dan Lahan Kritis
Lahan potensial adalah lahan yang secara fisis kimiawi dan ekonomi cukup menguntungkan, tetapi belum dimanfaatkan secara optimal.
Lahan kritis adalah lahan yang sudah tidak berfungsi lagi sebagai media pengatur tata air dan unsur pertanian yang baik.
Faktor Penyebab Terjadinya Lahan Kritis : Penyebab meluasnya lahan kritis atau degradasi lahan di permukaan bumi yaitu akibat proses alam dan perilaku manusia dalam memanfaatkan lingkungan.
Faktor penyebab lahan kritis sebagai akibat proses alam yaitu:
erosi,
tanah longsor,
pencucian tanah.
Faktor penyebab lahan kritis sebagai akibat perilaku manusia misalnya:
perusakan hutan,
pertanian sistem ladang berpindah,
kegiatan pertambangan terbuka,
sistem pertanian di pegunungan yang tidak menggunakan terassering (sengkedan).
Upaya pencegahan dan penanggulangan lahan karitis :
Reboisasi atau penghijauan adalah penghutanan kembali tanah-tanah hutan yang gundul dengan ditanami tanaman keras. Tujuan reboisasi yaitu memulihkan kembali daya serap tanah terhadap air, sehingga proses aerosi dapat diperlambat.
Penghijauan adalah penanaman kembali tanah yang gundul. Jenis tanaman yang digunakan dalam progam penghijauan misalnya: turi, cengkeh, jambu monyet, petai, kayu manis, nangka , kluwih, karet dan durian.
Sistem penanaman searah garis kontur (countur ploughing) adalah penanaman tanaman yang searah atau sejajar dengan garis kontur. Menurut R.L. Cook (1962) menyatakan bahwa penanaman secara kontur sangat sesuai bagi tanah-tanah yang memiliki kemiringan 3–8% akan tetapi kurang efektif pada tanah yang memiliki kemiringan kurang dari 3% atau lebih dari 8% sampai 25%.
Sistem terassering atau sengkedan. Cara ini digunakan untuk mengurangi laju air yang mengalir di permukaan bumi.
Lahan yang kemiringannya lebih dari 45o harus dijadikan areal hutan lindung.
Pembuatan lorak-lorak mati berupa lubang pada akhir guludan tanah agar air mengalir tertampung pada lubang itu dan meresap ke dalam tanah, sehingga proses erosi dapat dihindari
Pergiliran tanaman (croprotation) adalah suatu sistem bercocok tanam pada sebidang tanah yang terdiri dari beberapa macam tanaman yang ditanam secara berturut-turut pada waktu tertentu.
Pemulsaan (mulching) adalah menutupi permukaan tanah dengan sisa-sisa tanaman. Sisa-sisa tanaman yang biasa digunakan untuk pemulsaan yaitu jerami. Menurut Dj. Greenland dan R. Lal dalam Soil Conservation and Managment in the Humid Tropic, New York 1977. dengan dilakukan pemulsaan konservasi air dalam tanah dapat diperbaiki, jumlah pori-pori yang dapat menginfiltrasi air meningkat dan evaporasi yang berlebihan dapat dikurangi.

Klasifikasi Kemampuan Lahan :
Kelas I
topografi hampir datar,
tingkat erosi kecil,
mempunyai kedalaman efektif (solum) yang dalam,
drainase baik,
mudah diolah,
kapasitas menahan air baik,
tidak terancam banjir.
Kelas II
lereng landai,
struktur tanah kurang baik,
ancaman erosi lebih besar,
terancam banjir.
Kelas III
lereng miring dan bergelombang,
drainase kurang baik,
peka terhadap erosi,
kapasitas menahan air rendah.
Kelas IV
lereng miring/berbukit,
kapasitas menahan air rendah,
peka terhadap erosi,
sering banjir.
solum dangkal,
Kelas V
topografi relatif datar,
tergenang air,
biasanya tanah berbatu,
tidak sesuai untuk lahan pertanian.
Kelas VI
lereng agak curam,
ancaman erosi berat,
tanah berbatu-batu.
Kelas VII
terletak pada lereng curam,
erosi sangat kuat,
solum dangkal,
untuk padang rumput/hutan produksi terbatas.
Kelas VIII
lereng sangat curam,
kepasitas menahan air rendah,
berbatu-batu,
harus dihutankan.

0 komentar: